KALIWANGI

 


Ada sebuah desa pedalaman di Jawa Tengah bernama Kaliwangi. Dahulu desa itu bernama Batusewu, karena di desa tersebut terdapat banyak batu-batu besar yang kira-kira ada seribu jumlahnya. Di desa tersebut terdapat seorang wanita bernama Sari, dia dikenal sebagai wanita yang cantik, Sari merupakan seorang wanita tanpa suami yang berumur 30 tahun, ia memiliki bau tubuh yang harum disekujur tubuhnya, walaupun tanpa menggunakan parfum sekalipun, orang-orang yang berpapasan dengannya selalu mencium bau harum yang berasal dari tubuh Sari. Penduduk desa pun penasaran mengapa tubuh Sari bisa wangi, beberapa wanita dari desa bahkan sampai bertanya pada Sari dengan maksud agar tubuh mereka bisa berbau harum seperti Sari. Mereka semua iri karena semua pria di desa menyukai Sari, tapi Sari hanya berkata kalau dia memakai parfum yang di racik olehnya sendiri. Para wanita desa tidak percaya kalau wangi itu berasal dari parfum yang diracik oleh Sari, karena mereka tak pernah melihat Sari meracik, Sari diketahui hanyalah seorang petani desa yang bekerja setiap hari sampai terlihat lelah dan tak punya waktu luang untuk sebuah kegiatan seperti meracik parfum.

Seorang wanita desa bernama Mirah pernah mencoba meminjam parfum yang Sari miliki dengan datang ke rumahnya, tak terlihat beberapa bahan yang dimiliki Sari untuk membuat racikan parfum, Mirah berfikir bahwa mungkin saja Sari sedang tidak membuat parfum sehingga tak ada bahan-bahan yang terlihat oleh Mirah, setelah banyak basa-basi kepada Sari, ia lalu menyemprotkan parfum itu ke badannya, tapi ternyata tak ada bau yang keluar, Mirah pun heran, dan mempertanyakan hal tersebut pada Sari, namun Sari berkata bahwa hal itu mungkin terjadi karena parfum itu tidak cocok di badan Mirah, dan mungkin juga karena Mirah memiliki bau yang tak mengenakan dari tubuhnya sendiri, sehingga sebanyak apapun parfum yang disemprotkan ke tubuhnya, tak membuat bau tubuh Mirah menjadi harum, Sebenarnya hanya Sari lah orang yang bisa menggunakan parfum itu, karena ia melakukan suatu ritual dan meramalkan sebuah mantra. Pada akhirnya Mirah marah mendengar jawaban yang keluar dari mulut Sari, ia lalu mengembalikan parfum itu dan meninggalkan rumah Sari dengan raut wajah emosi, di jalan Mirah lalu berfikir, jika Sari melakukan pekerjaan di sawah seperti menanam dan membajak, pasti ia akan mempunyai bau tubuh yang tak mengenakan juga, tapi mengapa Sari tetap wangi walaupun sehabis bekerja seharian penuh dari teriknya matahari di atas sawah, Mirah pun menceritakan kejadian itu kepada para wanita desa, sampai menjadi gosip yang menyebar dimana-mana, tetapi para laki-laki tidak peduli, dan menganggap Mirah hanya dengki kepada Sari yang cantik dan berwangi harum, sehingga mereka tetap menyukai Sari apapun yang terjadi.

Suatu subuh, seorang laki-laki desa sedang mencari rempah-rempah, tiba-tiba ia melihat Sari lalu mengintainya di sebuah bebatuan dekat lembah tepian sungai, terlihat Sari sedang membawa beberapa tanaman dan beberapa kertas berisi bacaan yang tak jelas isinya. Laki-laki itu bernama Kasim, ia merupakan seorang pedagang parfum yang penasaran sama seperti para wanita desa, karena parfum yang dijual olehnya tak ada yang memiliki bau seperti parfum yang sari punya, barangkali jika Kasim dapat mengetahui bahan racikan dari Sari ia dapat menjual banyak parfum dan menjadi pedagang parfum yang laris di desanya, dan juga dapat menjadi pria yang dikagumi para wanita desa karena dapat membuat mereka memiliki harum tubuh seperti Sari.

Kasim melihat Sari yang sedang duduk bertapa di bebatuan dekat lembah yang berada di sebuah sungai di desa, ia bersembunyi dibalik semak dan melihat Sari dari kejauhan, Sari terlihat sedang membacakan kertas-kertas itu, setelahnya ia menaruh beberapa rempah di dalam kuali kecil lalu menumbuknya, kemudian setelah beberapa kali menumbuk, Sari berdiri dan perlahan melepas pakaiannya satu per satu, Kasim pun melotot melihat Sari yang tak berpakaian itu, namun Kasim tak berani mendekati Sari karena takut dia berteriak dan membuat warga desa mengira bahwa Kasim sedang memperkosa Sari, Kasim hanya terus bersembunyi sampai kemudian Sari berjalan menuju kedalam sungai dan berendam di dalamnya, setelah terlihat Sari meninggalkan kuali dan beberapa kertas dari tempat semula ia berada, Kasim menduga Sari sedang melakukan praktek ilmu hitam dengan melakukan sebuah ritual, Kasim pun berjalan mengendap-endap mencoba melihat kuali dan kertas-kertas milik Sari dari dekat, dan ternyata kertas itu hanyalah kertas kosong dan kuali yang tak berisi apa-apa, Kasim pun bingung dengan hal itu, lalu ia bertanya dalam fikirnya, apa yang dibaca Sari tadi, dan apa yang Sari tumbuk di dalam kuali jika tak ada apa-apa. Kasim lalu tak sengaja menginjak sebuah kayu penumbuk yang Sari pakai, kayu itu patah dan membuat Kasim panik setengah mati lalu berlari pergi meninggalkan air terjun itu karena melihat Sari yang selesai berendam dan berjalan menuju bebatuan tempatnya semula, setelah Kasim telah pergi, Sari melihat kertas-kertas, kuali dan kayu penumbuk miliknya tidak seperti semula saat ia tinggalkan, dan lebih herannya lagi, mengapa kayu penumbuk miliknya patah, Sari pun berfikir bahwa ada seseorang yang mengintainya, untungnya kertas-kertas miliknya tidak hilang, karena bagi Sari, kertas-kertas itu berisi mantra untuk membuat racikan parfum.

Sari tak berlama-lama disana karena matahari mulai terbit dan takut ada warga yang melihat Sari, ia pun bergegas memakai pakaian dan menyembunyikan kualinya di dalam sebuah lubang besar di pohon yang hanya Sari dapat membukanya dengan mantra yang diucapkannya, setelah itu Sari pergi membawa kertas-kertas yang dimasukkan kedalam pakaiannya, serta membuang kayu yang patah itu ke tempat yang jauh agar tak terlihat oleh warga yang suatu saat berada di situ, kemudian Sari pun berjalan meninggalkan air terjun itu menuju sawah tempat ia bekerja.

Seperti biasanya, Sari melakukan pekerjaan menanam padi dan membajak sawah, dengan keringat yang keluar dari tubuhnya, wangi dari tubuh Sari semakin tercium, terhirup para petani laki-laki yang juga sedang menanam padi di area sawah, mereka lalu menghampiri Sari dan memandanginya dan menjeda pekerjaan menanamnya, Sari tidak keberatan dengan tatapan mereka, Sari berkata dari kejauhan, tetapi istri mereka lah yang harusnya menjaga mata para petani itu dari Sari                                                                                                             “Eh bapak-bapak, ada apa ini kok rame-rame ngeliatin saya, hahaha nanti padinya gak keurus lohh itu” kata Sari kepada para petani itu dengan tawa kecil yang semakin membuat mereka kagum.

“Ah nggak kok Mba Sari, padi kan bisa ditanam kapan saja, selama hujan belum turun hehehe” saut seorang petani.

“Iya toh Mbak, saya kagum sama Mbak, walaupun ndak punya suami, tapi Mbak tetep bekerja keras, istri saya mah kerjanya tiduran aja dirumah” balas petani yang lain

“Hahaa, bisa aja bapak-bapak semua, yasudah saya mau lanjut nanem dulu ini, nanti hujannya turun, istri bapak-bapak datang, walah, jadi kacau itu Pak” jawab Sari.

Setelah berlama-lama melihat Sari sampai akhirnya Sari beranjak dari sawah menuju saung untuk beristirahat, para petani itu kembali menanam padi dan membajak sawah, Sari yang saat itu sedang menyantap makan siangnya dengan lauk nasi dan sayur bayam, tiba-tiba dihampiri oleh Kasim seorang penjual parfum yang saat itu mengintainya di sebuah sungai, Sari sebenarnya sudah mengenal Kasim, karena Sari sering membeli botol parfum dari toko milik Kasim.

Di saung itu Kasim dan Sari berbincang tentang keseharian mereka yang berbeda, Sari menanyakan kepada Kasim mengapa ia tidak berjualan di tokonya dan malah menghampiri Sari  di sawah, Kasim hanya berkata kalau toko miliknya sudah tutup dikarenakan ia bangkrut karena parfum miliknya tidak laku terjual, menurutnya para warga desa tidak minat dengan wangi parfum yang ia jual, dan malah lebih tertarik kepada parfum milik Sari, meskipun mereka tidak bisa memilikinya karena memang tidak ada yang menjual parfum yang memiliki wangi seperti yang Sari miliki. Sari pun bersimpati dan merasa kasihan kepada Kasim karena tokonya bangkrut dengan alasan yang mengarah kepadanya.

Sari meminta maaf pada Kasim karena dirinya, toko miliknya jadi bangkrut, tetapi Kasim menolak permintaan maaf Sari karena ia tidak bersalah, lagipula juga menurut Kasim, ia memang sudah lama ingin berhenti menjadi pedagang parfum karena ia ingin merantau ke kota, namun ia tak punya cukup biaya untuk modal disana, pada akhirnya Kasim hanya pasrah dan berserah diri pada Tuhan, dan mencari pekerjaan apapun yang dapat ia lakukan, Sari pun merasa sedih melihat Kasim yang semakin terpuruk, dan pada akhirnya ia berencana meminjamkan uang kepadanya agar dapat merantau ke kota dan mencari pekerjaan yang layak disana, Sari berharap Kasim dapat menjadi orang yang sukses dan tidak lupa kepadanya, tetapi Kasim merasa tidak enak pada Sari karena takut tidak bisa melakukan apa yang Sari harapkan, namun Sari bersikeras menyuruh Kasim agar merantau, karena sebenarnya Sari menyimpan rasa pada Kasim sejak lama, namun ia mempunyai aturan untuk tidak memiliki suami selama ia masih menggunakan parfum yang bisa membuat tubuhnya tetap indah dan wajah yang awet muda, serta wangi yang harumnya sampai 1 tahun lamanya, namun hal itu bisa terjadi walau tanpa ritual sekalipun, jika ada seorang laki-laki yang dicintainya, dapat menikahi Sari dengan apapun itu alasannya. Oleh karena itu Sari berharap ketika Kasim sukses nanti, ia bisa menikahi Sari dengan tanpa syarat dan apa adanya.

Akhirnya Kasim menerima uang dari Sari dan berterima kasih kepadanya serta berjanji untuk menjadi orang yang sukses dan mengembalikan uang itu kepada Sari, setelah berbincang lamanya, mereka berdua pulang, Kasim menemani Sari menuju rumahnya karena desa sedang sepi, Kasim takut terjadi apa-apa kepadanya, lagipula Sari juga sudah baik mau membantu Kasim, sesampainya di rumah Sari kasim mengucapkan terima kasih pada Sari dan berkata, ia akan mengirim surat untuk mengabari bagaimana dirinya di kota, Kasim pun pulang dan meninggalkan rumah Sari dengan wajah berseri bahagia. Lalu Sari masuk rumah untuk menyiapkan rempah-rempah yang akan ia bawa ke Air Terjun untuk melakukan ritual setahun sekali di setiap tanggal 13 di bulan Suro, pada subuh menjelang pagi, jadi Sari masih punya 11 bulan lagi untuk melakukan ritual itu kembali, ia juga tidak lupa untuk membuat kayu penumbuk yang baru.

Selama 3 bulan lamanya Sari menunggu kabar dari Kasim, sampai tibalah suatu hari dimana ada seorang pengantar surat yang mengirim sebuah surat kepada Sari, surat itu ternyata dikirim oleh Kasim, surat itu berisi tulisan,

“Assalamualaikum Sari, saya Kasim yang dulu pernah kamu pinjamkan uang agar saya dapat merantau ke kota, Alhamdulillah, saya telah mendapatkan pekerjaan sebagai marketing di sebuah perusahaan, dan ini ada setengah uang yang saya ingin kembalikan, maaf Sari, saya belum bisa mengganti penuh uangnya, karena setengahnya lagi untuk biaya hidup saya di kota yang cukup keras ini, jadi saya minta maaf dengan segenap hati saya dan semoga kamu memaafkan, namun saya berjanji akan mengganti uang kamu sepenuhnya, untuk Sari terima kasih, semoga kita bisa bertemu suatu saat nanti, saya tunggu balasan surat darimu, salam hangat, Kasim.”

Kira-kira begitulah isi surat dari Kasim, Kasim juga tidak lupa mengirim uang kepada Sari untuk mengganti uang yang telah dipinjamkannya, walaupun masih setengah dari apa yang telah Sari beri, namun Sari tidak mempersalahkan hal itu, ia sangat senang mendengar kabar dari Kasim, ia juga tak lupa mengirim surat kembali sebagai ucapan terima kasih kepadanya.

Selama beberapa bulan mereka saling mengirimi surat. Sekian waktu berlalu, 1 bulan sebelum Sari melakukan ritual kembali, tepatnya pada bulan Dulkahijjah atau bulan Besar, Sari mendapat surat yang berisi kabar bahwa Kasim akan pulang kampung untuk menemui Sari, wajah bahagia terpancar dari Sari saat itu juga, kemudian pada  menunggu kedatangan Kasim selama beberapa hari, sampai selang seminggu, Kasim tiba di desa Batusewu dan menemui Sari dengan datang ke rumahnya, Kasim mengetuk pintu rumah Sari, dan disambutlah ia dengan senyuman yang menawan dari Sari, kemudian mereka berdua berbincang-bincang didepan teras rumah, tentang apapun yang sudah Kasim raih di kota, ternyata benar, Kasim telah menjadi orang yang sukses, sehingga membuat Sari semakin mencintainya, dan Sari juga yakin, Kasim pasti menyimpan cintanya untuk Sari karena terlihat dari tatapannya yang terus melihat mata Sari yang cantik, dan begitulah keduanya melakukan pendekatan selama sebulan.

Tibalah bulan Suro, bulan yang dinantikan Sari sepanjang hidupnya. Rencananya Kasim akan melamar dan menikahi Sari pada tanggal 12 Suro, namun tak terlihat Sari dirumahnya, sedari pagi Kasim mencari Sari kemana-mana sampai tengah malam, Kasim bingung kemana Sari pergi, padahal ia sangat ingin menyatakan cintanya pada Sari, tiba-tiba ia teringat kembali, tepatnya setahun lalu ia pernah melihat Sari disebuah lembah tepi sungai, Kasim menduga, saat itu juga Kasim berlari dan menuju tempat itu, barangkali mungkin dugaannya benar, pada jam 3 pagi hari tanggal 13 Suro, hari dimana Sari melakukan ritualnya, Kasim melihat Sari dari kejauhan, tanpa perduli dengan apa yang Sari sedang lakukan, ia menghampiri Sari dan memeluknya, kemudian menyatakan cinta kepada Sari dan melamar untuk menikahinya, tepat sebelum Sari melakukan Ritualnya, seketika wajah Sari berubah menjadi wajah asli yang tidak secantik kala ia melakukan ritual, pada akhirnya Kasim bingung dan kecewadd, lalu meninggalkan Sari karena dugaan ia kepada Sari setahun lalu, Sari yang melakukan ritual ilmu hitam agar dapat memiliki wajah cantik dan wangi tubuh yang tidak hilang berhari-hari ternyata benar adanya, coba saja Kasim mencintai Sari dengan apa adanya, karena jika Kasim memang mencintai dia, wajah Sari akan kembali menjadi cantik seutuhnya, namun takdir berkata lain. Kasim pergi meninggalkan Sari dan menghancurkan hati Sari yang telah tumbuh berjuta bunga, menjadi mati seketika, Sari menangis, dan berlari ke sungai tepat waktu menjelang subuh, air matanya membasahi tubuhnya, ia lalu merendamkan tubuhnya sampai ia tak dapat lagi bernafas, tiba-tiba sungai itu teraliri air yang sangat deras, menenggelamkan Sari dan mengaliri tubuhnya sampai ke ujung sungai, akhirnya ia mati, tetapi tubuhnya menyatu dengan air, sehingga tak pernah meninggalkan jasad. Kasim yang berlari setalah melukai Sari pun pada akhirnya mati karena terjengkal sebuah kayu penumbuk milik Sari yang pernah ia patahkan dulu, Kasim jatuh ke sebuah jurang seberang sungai,

Beberapa hari kemudian tak pernah melihat lagi keberadaan Sari dan Kasim, semua warga desa mencari keberadaan mereka, jasad Kasim tak pernah ditemukan karena jasadnya ditarik kedalam tanah oleh sebuah akar pohon, berbeda dengan Sari yang hilang dimata warga, dan telah menjadi mata air di sungai desa tersebut. Kini sungai itu memiliki mata air yang wangi dan menyegarkan, wangi yang sama seperti di tubuh Sari saat ia masih hidup di dunia. Akhirnya warga desa teringat dengan Sari dan menduga Sari telah mati tenggelam ke dalam sungai saat sedang mencuci pakaiannya. Dan untuk mengenang Sari, semua warga desa setuju untuk mengganti nama desa mereka menjadi “KALIWANGI”,

 

TAMAT


Komentar

Postingan Populer